Home Berita Bisnis Indonesia Khawatir Terhadap Melimpahnya Barang China Setelah Trump Menjabat Sebagai Presiden

Bisnis Indonesia Khawatir Terhadap Melimpahnya Barang China Setelah Trump Menjabat Sebagai Presiden

25
0
Bisnis Indonesia Khawatir Terhadap Melimpahnya Barang China Setelah Trump Menjabat Sebagai Presiden

JAKARTA – Perusahaan di Indonesia khawatir bahwa rencana-rencana perdagangan dari presiden Amerika Serikat yang akan datang, Donald Trump, dapat menyebabkan mereka mengubah fokus mereka ke pasar-pasar di Asia Tenggara, yang berpotensi menghambat ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

Shinta Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengungkapkan kepada The Jakarta Message pada hari Jumat bahwa para eksportir Indonesia mungkin akan menghadapi pembatasan masuk ke pasar Amerika Serikat sebagai akibat dari penekanan Trump terhadap proteksionisme dan mengedepankan kepentingan Amerika.

Selain itu, ia menyatakan bahwa jika pemasok Cina menghadapi hambatan yang sebanding untuk masuk ke pasar Amerika Serikat, mereka mungkin memilih untuk mengalihkan produk mereka ke Asia Tenggara, seperti Indonesia. Pengalihan ini dapat meningkatkan pesaing bagi produsen lokal.

Shinta juga menyatakan bahwa kesulitan ekonomi Tiongkok, seperti konflik perdagangan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat, dapat menyebabkan berkurangnya kebutuhan barang-barang Indonesia dari Tiongkok.

Trump, yang memenangkan pemilihan umum politik Amerika Serikat pada hari Selasa, telah mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar 60 persen dari China. Angka ini jauh lebih tinggi daripada tarif antara 7,5 dan 25 persen yang diberlakukannya selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden, dari tahun 2017 hingga 2021.

Menurut Data Indonesia, kemitraan perdagangan Indonesia dengan China adalah ekspor Indonesia ke China senilai kurang lebih $ dan impor dari China senilai $62,88 miliar dalam kurun waktu yang sama.

Sementara itu, Amerika Serikat merupakan pasar ekspor terbesar kedua untuk produk Indonesia, dengan nilai pembelian sebesar $23,25 miliar pada tahun 2023. AS juga merupakan sumber impor terbesar keempat bagi Indonesia, mengirimkan produk senilai $23,25 miliar pada tahun 2023.

Meskipun begitu, kepresidenan Trump dapat memiliki sisi positif bagi Indonesia, yang mungkin menempatkan Indonesia sebagai pilihan yang layak bagi Cina untuk menjadi mitra dagang AS.

Banyak perusahaan telah merelokasi pabrik mereka dari Cina untuk mengantisipasi tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump.

“Teknik Trump sangat transaksional. Misalnya, pada masa jabatan pertama Trump, ada pembicaraan tentang tawar-menawar perdagangan terbatas yang memungkinkan produk ekspor utama Indonesia, seperti garmen, untuk mendapatkan akses pasar yang lebih mudah di Amerika Serikat jika mereka menggunakan kapas Amerika Serikat,” ujar Shinta.

Shinta menambahkan bahwa Jakarta tentu harus mengambil beberapa tindakan untuk mengurangi dampak yang tidak menguntungkan dari penyesuaian manajemen Amerika Serikat, yang terdiri dari mendorong tawar-menawar profesi, memperluas pasar ekspor, dan meningkatkan persaingan.

“Mengurangi ketergantungan ekspor pada pasar Amerika Serikat dan Cina sebenarnya menjadi penting,” ujar Shinta, seraya menambahkan bahwa Indonesia harus berusaha untuk meningkatkan daya saingnya melalui kemajuan agar dapat bertahan di tengah-tengah kompetitor global dan keterbatasan perdagangan.

Shinta berpendapat bahwa lebih banyak lagi perjanjian perdagangan regional yang diperlukan untuk menghadapi gelombang proteksionisme yang telah diantisipasi, karena kesepakatan ini akan memastikan “struktur yang solid bagi jasa Indonesia untuk mendukung perubahan kebijakan Amerika Serikat”.

Menurut sebuah catatan oleh det Downstream, Rosan Roeslani, menyatakan pada hari Kamis bahwa Indonesia kemungkinan akan merasakan hasil dari metode proteksionisme Trump, namun pemerintah akan memantau dengan cermat rencana yang diterapkan oleh Trump setelah pelantikannya pada tanggal 20 Januari 2024.

Namun demikian, Rosan, yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat, percaya bahwa kepresidenan Trump tidak akan menyebabkan penurunan substansial dalam investasi keuangan Amerika Serikat di Indonesia, mengingat angka-angka yang tetap aman selama beberapa tahun terakhir, termasuk selama masa jabatan pertama Trump sebagai presiden.

Dia juga mengantisipasi bahwa investasi keuangan energi terbarukan di Indonesia akan terus solid, termasuk dari AS, mengingat bahwa pembiayaan semacam itu telah menjadi norma di seluruh dunia. Asisten Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira menyarankan pemerintah federal pada hari Rabu untuk mempercepat reformasi pemerintahan untuk menjamin Indonesia tetap menarik bagi investasi keuangan asing di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, terutama selama masa kepresidenan Trump yang akan datang, bisnis.com melaporkan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang berbicara kepada pers pada hari Jumat, mengatakan bahwa rencana-rencana yang diimplementasikan oleh Trump berpotensi untuk mengurangi tekanan pada banyak negara.

Strategi manajemen Trump untuk perubahan energi diantisipasi untuk menyimpang secara substansial dari kebijakan Kepala Negara Joe Biden saat ini. untuk meningkatkan produksi minyak sebagai cara untuk menurunkan biaya energi global.

Ramadan Redha
Ramdhani Redha adalah penulis di situs Teknopreneur yang mengkhususkan diri dalam teknologi dan digital marketing. Ia meraih gelar Sarjana Ilmu Komputer dari Universitas Islam Indonesia. Dengan pengalaman dalam analisis data dan pengembangan strategi pemasaran, Ramdhani memberikan wawasan berharga untuk membantu pengusaha memahami dunia digital yang terus berkembang.