Asosiasi Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) telah berhasil menanam 1.200 bibit mangrove di Desa Eti, yang terletak di Kecamatan Seram Barat, Maluku, sebagai bagian dari komitmen mereka untuk meningkatkan konservasi lingkungan di daerah tersebut.
Pada hari Sabtu, Ketua KKI Dudi Nandika mengumumkan bahwa inisiatif ini dilakukan bekerja sama dengan mahasiswa dari Program Studi Biologi di Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Pattimura, sebagai bagian dari Studi Lapangan 2020 mereka.
Ia menjelaskan bahwa acara penanaman ini melibatkan partisipasi mahasiswa dan staf universitas, pejabat setempat dari Desa Eti, serta perwakilan dari Unit Pengelolaan Hutan Seram Barat (KPH).
Penanaman mangrove sangat penting karena sistem akar yang kuat dapat melindungi daerah pesisir dari erosi akibat gelombang dan air laut.
Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai habitat penting, tempat mencari makan, dan lokasi berkembang biak bagi berbagai spesies laut, termasuk udang, kepiting, ikan, dan kerang.
Mangrove juga mendukung berbagai satwa liar, seperti burung, biawak, dan buaya, serta membantu menyerap polutan air, sehingga meningkatkan kualitas air.
Nandika menekankan bahwa inisiatif penanaman ini bertujuan untuk mempercepat reforestasi dan regenerasi melalui pembuatan pembibitan mangrove, yang dapat menyediakan makanan dan sumber sarang bagi burung beo dan satwa liar lainnya.
Ia juga menyebutkan bahwa mangrove dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Penting untuk dicatat bahwa mangrove menyerap lebih banyak karbon dibandingkan hutan tropis dataran tinggi, dan buahnya dapat digunakan dalam berbagai produk makanan dan aplikasi industri.
“Dengan pendekatan pengembangan masyarakat, kita dapat melindungi ekosistem dan mengurangi risiko kepunahan spesies akibat kehilangan atau kerusakan habitat,” kata Nandika.
Ia menutup dengan menekankan bahwa program ini mengirimkan pesan konservasi yang kuat mengenai nilai intrinsik mangrove dan perlunya perlindungan terhadapnya.