Polisi Indonesia telah memperketat keamanan dan keselamatan di sekitar sebuah perguruan tinggi Katolik menyusul adanya ancaman bom dari kelompok militan Islam.
Peningkatan keamanan dilakukan di Sekolah Tinggi Katolik Parahyangan di Bandung, Jawa Barat, menyusul diterimanya sebuah surat ancaman yang diklaim berasal dari Jamaahsharut Daulah, sebuah kelompok ekstremis yang dilarang karena hubungannya dengan kelompok teroris global, ISIS.
Surat ancaman tersebut menegaskan bahwa bahan peledak telah ditempatkan di sebuah auditorium kampus dan memberi tahu bahwa bahan peledak tersebut akan diledakkan jika acara kelulusan kampus yang direncanakan akan berlangsung pada tanggal 15-16 November, berjalan sesuai jadwal.
“Segera batalkan acara tersebut dan semua kegiatan yang berhubungan dengan itu di masa mendatang dan jangan berani melakukan penggeledahan, pemindaian, atau lebih buruk lagi, panggil polisi/aparat keamanan lainnya,” demikian isi surat tersebut.
Surat tersebut ditujukan kepada rektor sekolah, Tri Basuki Joewono.
Perwakilan dari Polda Jawa Barat, Jules Abraham Abast, menyatakan bahwa sebuah unit yang berwenang telah melakukan penggeledahan di kampus tersebut pada tanggal 14 November, namun mereka tidak menemukan alat peledak apapun.
“Kami telah melibatkan tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak). Tidak ada bom yang ditemukan,” katanya.
Meskipun demikian, Abast mengatakan bahwa langkah-langkah keamanan akan tetap dilakukan selama upacara wisuda berlangsung, dengan 100 personil yang ditunjuk untuk mengamankan kampus.
“Kami tetap melakukan pengecekan di dalam sekolah, para peserta pelatihan dan keluarga telah diberikan tanda pengenal sebagai tanda pengenal bahwa mereka akan masuk ke dalam sekolah dan menghadiri wisuda,” katanya.
Pihak kampus mengatakan bahwa mereka meningkatkan kewaspadaannya dengan berkolaborasi dengan pihak berwenang untuk memastikan keamanan sekolah.
Dalam sebuah pernyataan, pihak universitas menyatakan, “Kami juga mengimbau warga kampus untuk saling mendukung dan tetap tenang.”
Pada tahun 2008, universitas ini menghadapi ancaman bom yang ditujukan kepada rektornya.
Dibangun pada tahun 1955, Universitas Katolik Parahyangan memiliki sembilan fakultas. Perguruan tinggi ini merupakan tempat para pendeta ambisius dari Ordo Salib Suci dan Keuskupan Bogor dan Bandung melanjutkan studi mereka dalam bidang teologi.
Indonesia telah menghadapi ancaman Islamisme ekstrem mengingat serangan teroris yang menghancurkan di Bali pada tahun 2002, yang merenggut nyawa 202 orang, yang terdiri dari para pengunjung internasional.
Jamaah Ansharut Daulah dikenal dengan kegiatan-kegiatan horornya yang terdiri dari pertempuran.
Pada bulan Juli 2018, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan kelompok ini sebagai “perusahaan terlarang” setelah jaksa penuntut umum menuntut kelompok ini karena melakukan sejumlah serangan teroris di seluruh negeri.
Didirikan pada tahun 2014 oleh Aman Abdurrahman, pemimpin organisasi ini dinyatakan bersalah dan dihukum mati pada tanggal 22 Juni 2018, karena mendalangi kasus-kasus teroris di seluruh Indonesia.
Tuduhan dibuat bahwa organisasi ini bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa kekerasan, yang terdiri dari serangan mematikan di Jakarta pada Januari 2016 yang merenggut 8 nyawa, di samping serangan November 2017 di Gereja Kristen Oikumene Masyarakat Batak di Samarinda, Kalimantan Timur, yang menyebabkan hilangnya 4 nyawa.
Kelompok ini ditegaskan telah mendalangi kerusuhan di sebuah fasilitas penahanan polisi di dekat Jakarta pada tanggal 9 Mei 2018. Insiden tersebut menyebabkan kematian 5 penjaga dan satu tahanan.
Di Surabaya, Jawa Timur, 18 orang kehilangan nyawa mereka ketika pesawat bom bunuh diri menargetkan tiga gereja pada tanggal 13 Mei di tahun yang sama.