Beranda Dinamika Sambut Tahun Baru 2018, Kebutuhan Energi Gas Di Bidang Industri Meningkat

Sambut Tahun Baru 2018, Kebutuhan Energi Gas Di Bidang Industri Meningkat

10
0
Sambut Tahun Baru 2018, Kebutuhan Energi Gas Di Bidang Industri Meningkat

Fakta data penurunan jumlah konsumsi bahan bakar fosil di kalangan masyarakat yang hanya 6,06 persen dari tahun lalu, nyatanya di jenis bahan gas di sektor Industri nasional masih konsumtif. Persoalan ini diprediksikan di tahun 2018 jumlah konsumsi industri akan terus meningkat.

Data kenaikan yang nampak signifikan, ialah dari 829.338 Million Metric British Thermal Unit (mmbtu) menjadi 867.071 mmbtu. Kenaikan tersebut diyakinkan sudah setara 35 persen dari jumlah konsumsi energi nasional.

Hal ini didasari dari penelusuran Teknopreneur, bahwa Seketeris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar. Mengatakan, besaran 60-70 persen jumlah konsumsi gas yang di digunakan oleh delapan sub sektor Industri, seperti pupuk petrokimia, Pulp dan kertas, produk tekstil, semen, baja keramik, kelapa sawit, serta komiditi bahan makan dan minuman.

Haris menjelaskan, dari empat energi yang ada saat ini. Kebutuhan bahan bakar gas paling dibutuhkan di perindustrian, dengan jumlah konsumsi yang cukup besar. Dan menurutnya, hasil kekurangan gas saat ini disebabkan beberapa lapangan gas jumlah produksinya masih jauh dari hasil yang diharapkan. Sehingga, impor bahan bakar gas pun tidak bisa dihindari.

Tidak dijelaskan berapa besaran yang di impor oleh pemerintah, banyak dari Industri yang sadar ketahanan energi, memprotes dan menunggu untuk kepastian pemerintah dalam menangani kendala di sektor perindustrian. Ditambah lagi, walau ada penurunan yang menikmati hanya komoditi yang dinaungi oleh perusahaan BUMN, seperti pupuk, baja, dan petrokimia, sedangkan bagi pemain swasta tidak bisa bergerak lebih jauh, hanya bisa menunggu hadirnya regulasi yang berpihak kepada mereka.

Diterangkan lebih lanjut, sempat ada pembicaraan soal perluasan penurunan harga. Dengan impor gas adalah solusinya, guna memberikan harga yang kompetitif di pangsa pasar Industri. Dengan solusi ini telah mengurangi pemasukan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Persoalan ini akan sangat mengganggu lantaran bahan baku di bidang perindustrian gas adalah bahan pokok untuk jalannya pasar perekonomian, baginya untuk kendala harga yang terbilang berat sebelah. Pihaknya telah mengusahakan harga gas bisa turun di USD6 per mmbtu, jika memang pemenuhan kebutuhan bahan bakar gas tidak bisa dipenuhi di dalam negeri.

“Kalau memang tidak bisa dipenuhi di dalam negeri, mungkin harus impor. Dan ada opsi-opsi yang mengarah agar harga gas bisa diterima industri”ucapnya, Berita Satu, Rabu (13/12).

Haris menekankan, tepatnya pada perkembangan proses penurunan harga masih akan difokuskan pada delapan sub sektor tersebut. Dan jika hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, pihaknya baru akan bisa menerapkan di sektor yang lain.